Hari ke-15
Pagi-pagi saya sudah bangun soalnya ada rencana mendiskusikan pembuatan logo dengan Denden dan para relawan. Draft (hanya corat-coret.red) yang mau dipresentasikan pun sudah dicatat. Isinya, uraian materi yang harus diterangkan nanti waktu ngumpul mengenai pembuatan logo FASB (Forum Anak Siaga Bencana). Menurut rencana, prosesnya harus melibatkan relawan (meskipun tidak seluruhnya) dalam proses pembuatan logo tersebut. Pelibatan diharapkan akan memunculkan impresi dan rasa memiliki para penggiat komunitas terhadap logo yang akan dibuat. Terlebih lagi, para penggiat di komunitas ini diharapkan bisa mandiri ketika beberapa bulan ke depan akan ditinggalkan oleh organisasi “induknya” (apakah istilahnya seperti itu..??), CDASC.
Tapi ternyata semuanya tidak berjalan dengan lancar. Memang, karena agenda ngumpul tidak kami “sebarkan” secara serius. Kami hanya membicarakan ini dengan para relawan sebagian. Itu pun tidak disampaikan terlalu serius.
Saya lupa bahwa hari ini sebagian orang akan merayakan hari tahun baru. Tadi pagi ketika beli rokok ada Kang Ao bawa ransel yang memberitahu saya akan berangkat ke Papandayan dengan beberapa relawan lain. Sejam kemudian saya pergi ke beskem Lebak, ternyata memang, tempat yang biasa rame menjadi sepi, cuma ada Kang Eki yang justru biasanya tidak terlalu sering mengunjungi beskem. Saya pun kembali ke rumah (Teh Yanti). Kami berdua bingung, harus ngapain hari ini. Deni masih nerusin nge-trace gambarnya yang kemarin lusa baru di-scan. Saya pun iseng sms Sansan, menanyakan sudah mengerjakan apa saja di Bantul sekalian menanyakan no. hp Ata. Hasilnya, lumayan. Saya dan Deni bisa ada alasan untuk tertawa hahahaha. Ternyata bukan kami saja yang gelisah...komo Ata mah cenah heuheu...dah sebulan gelisah, “gelo siah” kata Ata.
Karena bingung (bingung wae iyeumah ceuk PFahmi teh heuheu.....punten Bos) mau ke mana hari ini. Saya pun bertanya kepada Teh Yanti yang kebetulan sedang berada di rumah mengenai cara mengumpulkan (setidaknya) perwakilan relawan dari masing-masing beskem. Sampai saat ini, susah sekali sepertinya mengumpulkan mereka karena punya agenda yang berbeda-beda. Seperti di kampung Lio, saat ini masih mempunyai agenda Rembug Warga, tapi di Panawuan Lebak sudah beres pada hari kedua setelah kedatangan kami. Teh Yanti pun mengatakan “Insya Allah saya bisa mengumpulkan mereka”. Sebetulnya, bisa saja kami hanya melibatkan relawan di Panawuan saja, tapi dikhawatirkan akan terjadi “kecemburuan”.
Berawal dari pertanyaan tadi, ternyata akhirnya kami dan Teh Yanti ngobrol segala macem. Curhat sudah pasti hehe...tapi beliau banyak sekali menerangkan “tentang hidup”, dan hampir selalu begitu setiap kami membicarakan sesuatu. Selalu ada pelajaran berharga yang dapat kami ambil.
Adzan Ashar berkumandang, kami harus bersiap-siap pergi ke Kidul untuk mengajar. Tidak seperti biasanya, saya bawa laptop untuk sekalian mengetik “dongeng” hari ini di sela-sela ngajar. Biasanya, saya tulis dulu ke buku kecil, tapi menurut pengalaman hari-hari yang lalu, tiap malam ketika membuka buku kecil dan akan menuangkannya dalam “mikrosop weud”, waduuuhhh langsung pening meeennn.....pabaliut jeung tunduh!
Bingung (bingung deui??) nyerita na oge ari teu ka mana-mana mah nya...Oh iya, tadi pagi ketika beli kopi Abese Moka, saya ketemu sama Ki Barzah pendekar silat tea, dia mengajak kami malam ini (sekarang berarti!) ke alun-alun yang katanya suka rame pada malam tahun baru-an, sekalian bawa Camcorder buat iseng2 nge-shot katanya. Tos heula ah.....
Selamat Hari Raya Tahun Baru bagi Anda yang menunaikannya...
Pagi-pagi saya sudah bangun soalnya ada rencana mendiskusikan pembuatan logo dengan Denden dan para relawan. Draft (hanya corat-coret.red) yang mau dipresentasikan pun sudah dicatat. Isinya, uraian materi yang harus diterangkan nanti waktu ngumpul mengenai pembuatan logo FASB (Forum Anak Siaga Bencana). Menurut rencana, prosesnya harus melibatkan relawan (meskipun tidak seluruhnya) dalam proses pembuatan logo tersebut. Pelibatan diharapkan akan memunculkan impresi dan rasa memiliki para penggiat komunitas terhadap logo yang akan dibuat. Terlebih lagi, para penggiat di komunitas ini diharapkan bisa mandiri ketika beberapa bulan ke depan akan ditinggalkan oleh organisasi “induknya” (apakah istilahnya seperti itu..??), CDASC.
Tapi ternyata semuanya tidak berjalan dengan lancar. Memang, karena agenda ngumpul tidak kami “sebarkan” secara serius. Kami hanya membicarakan ini dengan para relawan sebagian. Itu pun tidak disampaikan terlalu serius.
Saya lupa bahwa hari ini sebagian orang akan merayakan hari tahun baru. Tadi pagi ketika beli rokok ada Kang Ao bawa ransel yang memberitahu saya akan berangkat ke Papandayan dengan beberapa relawan lain. Sejam kemudian saya pergi ke beskem Lebak, ternyata memang, tempat yang biasa rame menjadi sepi, cuma ada Kang Eki yang justru biasanya tidak terlalu sering mengunjungi beskem. Saya pun kembali ke rumah (Teh Yanti). Kami berdua bingung, harus ngapain hari ini. Deni masih nerusin nge-trace gambarnya yang kemarin lusa baru di-scan. Saya pun iseng sms Sansan, menanyakan sudah mengerjakan apa saja di Bantul sekalian menanyakan no. hp Ata. Hasilnya, lumayan. Saya dan Deni bisa ada alasan untuk tertawa hahahaha. Ternyata bukan kami saja yang gelisah...komo Ata mah cenah heuheu...dah sebulan gelisah, “gelo siah” kata Ata.
Karena bingung (bingung wae iyeumah ceuk PFahmi teh heuheu.....punten Bos) mau ke mana hari ini. Saya pun bertanya kepada Teh Yanti yang kebetulan sedang berada di rumah mengenai cara mengumpulkan (setidaknya) perwakilan relawan dari masing-masing beskem. Sampai saat ini, susah sekali sepertinya mengumpulkan mereka karena punya agenda yang berbeda-beda. Seperti di kampung Lio, saat ini masih mempunyai agenda Rembug Warga, tapi di Panawuan Lebak sudah beres pada hari kedua setelah kedatangan kami. Teh Yanti pun mengatakan “Insya Allah saya bisa mengumpulkan mereka”. Sebetulnya, bisa saja kami hanya melibatkan relawan di Panawuan saja, tapi dikhawatirkan akan terjadi “kecemburuan”.
Berawal dari pertanyaan tadi, ternyata akhirnya kami dan Teh Yanti ngobrol segala macem. Curhat sudah pasti hehe...tapi beliau banyak sekali menerangkan “tentang hidup”, dan hampir selalu begitu setiap kami membicarakan sesuatu. Selalu ada pelajaran berharga yang dapat kami ambil.
Adzan Ashar berkumandang, kami harus bersiap-siap pergi ke Kidul untuk mengajar. Tidak seperti biasanya, saya bawa laptop untuk sekalian mengetik “dongeng” hari ini di sela-sela ngajar. Biasanya, saya tulis dulu ke buku kecil, tapi menurut pengalaman hari-hari yang lalu, tiap malam ketika membuka buku kecil dan akan menuangkannya dalam “mikrosop weud”, waduuuhhh langsung pening meeennn.....pabaliut jeung tunduh!
Bingung (bingung deui??) nyerita na oge ari teu ka mana-mana mah nya...Oh iya, tadi pagi ketika beli kopi Abese Moka, saya ketemu sama Ki Barzah pendekar silat tea, dia mengajak kami malam ini (sekarang berarti!) ke alun-alun yang katanya suka rame pada malam tahun baru-an, sekalian bawa Camcorder buat iseng2 nge-shot katanya. Tos heula ah.....
Selamat Hari Raya Tahun Baru bagi Anda yang menunaikannya...