Kembali ke Kampung Lio

Hari ini kami kembali ke Kampung Lio lagi. Sekaligus untuk (lagi-lagi) membicarakan jadwal ngajar. Kami merasa yang di Kidul pun belum efektif karena ada 3 hari yang “terganggu” oleh kegiatan IRM. Kebetulan semua relawan di Kidul adalah anak-anak IRM. Sehingga aktifitasnya memang harus dibagi dengan kegiatan-kegiatan organisasi tersebut. Sebagian, kata Deni meminta ngajar jangan berhenti di hari kemarin.

Bertemu lagi dengan Opik, yang mengatakan kalau pengajaran sepertinya belum bisa dilaksanakan karena relawan sedang bingung tentang konflik yang terjadi di masyarakat setelah Rembug Warga pertama kemarin-kemarin. Rembug Warga ternyata ada yang menyebutnya sebagai biang konflik di kampung Lio. Setelah selesai Rembug Warga, ternyata ada perbincangan-perbincangan tidak “mengenakan” yang ditunjukkan kepada para relawan, maupun saling berprasangka di antara warga kampung Lio. Konflik terbesar adalah lagi-lagi atas prokontra adanya Cafe yang suka “bikin bising” sebagaian warga Lio yang tepat berada di belakang Cafe tersebut.

Beberapa saat kemudian, ada Pak Asep dan Fuji. Fuji mengatakan hal yang sama tentang jadwal pelatihan. Dia yang adalah ketuanya di Lio, sedang pusing-pusingnya memecahkan konflik tersebut. Hal itu terlihat dari cara ngomongnya dan raut mukanya yang aduuuhhhh kasian buanget deh pokoknya...yu, kayaknya dia memang lagi pusing. Kemudian Pak Asep lumayan meneduhkan masalah ini yang mengatakan sebetulnya masalah-masalah yang timbul di masyarakat sudah ada jauh sebelum CDASC datang. Hanya dipendam. Dan waktu mengadakan Rembug Warga kemarin2 semuanya justru jadi terbuka. Selalu ada nilai positifnya. Pak Asep adalah seorang pelukis, beliau punya sanggar sederhana yang digunakan untuk mengajar lukis kepada anak-anak. Wahhh....mudah-mudahan saya bisa belajar di kemudian hari. Dan beliau juga menjanjikan itu asalkan kami mengajarkan Corel dan Photoshop dulu. Akhirnya, malah beliau yang sangat semangat untuk belajar Corel dan Photoshop, sekaligus katanya pengen belajar multimedia hihi....seandainya kita mempunyai banyak waktu....
Ketika kami menyarankan untuk bikin mural, beliau sangat tertarik sekali.

Jam 2 siang kami kembali ke rumah untuk melanjutkan “ngutak-ngatik” logo FASB.

Haris Gunawan